Langsung ke konten utama

Sejauh mana saya harus bekerja keras?

Diantara semua nikmat Allah yang sudah di berikan kepada saya salah satunya adalah diberikan pekerjaan. Pekerjaan bukan hanya sekedar sumber untuk mencari rupiah bagi saya, namun juga sumber penempa kehidupan kita ke depan. Dalam bekerja kadang kita mulai menyadari bahwa kita masih butuh untuk belajar terus menerus, karena dunia dinamis, sudah sepantasnya memang manusia mengikutinya untuk senantiasa belajar hingga akhir hayatnya. Namun, sebagai manusia terkadang kita merasa jenuh dan lelah menghadapi setiap proses dan realita kehidupan yang ada hingga pada akhirnya tidak banyak dari kita yang ingin merasa menyerah.

Melepaskan masa muda untuk berjuang dan bekerja keras bukanlah sesuatu yang mudah. Di saat semua anak seusia saya menikmati masa mudanya dengan sangat baik dan nyaman, saya harus menjadi “little fighter” versi saya. Tidak sedikit orang yang yang secara sepintas mengenal saya mengatakan bahwa hidup saya enak dan mulus – mulus saja tanpa tau ada berapa banyak air mata, usaha dan do’a yang saya lakukan setiap harinya, bahkan saya sempat berpikir dalam hati “apa kamu yakin? Apa kamu akan kuat kalau ada di posisi seperti saya yang hampir setiap hari selama 22 tahun selalu di posisikan dalam keadaan on fire?”

Selama saya hidup prinsip hidup saya adalah “bekerja keras dan banyak bersyukur”. Kalau kita pengen hidup enak ya jalan keluarnya adalah bekerja keras. Kalau kita pengen hidup kita merasa sudah tercukupi semuanya maka banyak – banyaklah bersyukur. Dan di antara ribuan usaha dan rasa syukur jangan lupa untuk senantiasa berdo’a kepada Allah agar selalu di mudahkan, di kuatkan, dan di berkahi dalam setiap upaya yang kita lakukan di dunia ini. Dan yang paling penting adalah do’a merupakan benteng terhadap diri kita atas derasnya serbuan ketidakbaikan duniawi.

Jawaban atas pertanyaan dalam judul tulisan kali ini adalah “sampai mati”, karena mempunyai hidup yang sudah enak bukan berarti anda berhenti bekerja keras. Masih ada kehidupan selanjutnya yang akan kita hadapi dan pastinya, abadi. Pada akhirnya, kerja keras kita di dunia akan selesai saat Tuhan berkata “waktunya pulang”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Auditor

Setelah menempuh pendidikan di jenjang universitas gue dikasih kesempatan sama Allah untuk bekerja di salah satu KAP di Jakarta sebagai auditor. Selama hidup gue gak pernah membayangkan untuk menjadi auditor, dan bahkan gue banyak melamar pekerjaan sebagai finance/accounting. Karena gue udah menaruh lamaran pekerjaan ke banyak perusahaan dan sampai saat itu gak ada juga yang manggil gue untuk interview alesannya so pasti karena harus punya pengalaman dulu at least 1 year L Akhirnya tibalah satu masa dimana gue nyoba – nyoba ngelamar di KAP dimana temen gue juga ada yang kerja di situ. Gue bener – bener cuma iseng daftar di sini dan gak taunya gue dapat panggilan untuk tes tulis dulu (tahap 1). Setelah melalui tes tulis gue merasa masih biasa aja gak yakin bakal lolos, secara yang ikut tes di hari itu lumayan banyak dan rata – rata temen gue yang pada asdos di kampus juga tes disitu, jadi ya sudahlah (dalam hati) J Tapi ehh tapiii rejeki gak kemana emang, dari sebanyak itu yang lul

Pengalaman Baru

Waktu tak terasa berjalan begitu cepat. Baru kemarin rasanya saya mengisi KRS dan sekarang baru saja menyelesaikan uas semester 2 dan siap memasuki semester 3. Selama liburan ini saya mencoba untuk mengisi waktu luang saya agar lebih bermanfaat dan harus diisi dengan pengalaman baru yang belum pernah saya dapatkan dalam dunia kampus. Awalnya saya hanya iseng berfikir untuk mencari pekerjaan saat liburan kuliah nanti, dan ternyata Allah memberikan saya jalan  dan sensai lainnya agar saya bisa mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi. Saat itu saya masih ada kelas di kampus untuk mata kuliah pengganti, lalu kemudian saya di telfon oleh ayah saya dan beliau berkata bahwa saya mendapatkan tempat magang di kantornya. Jujur saya merasa bahagia mendengar kabar tersebut namun ada rasa yang berbeda juga yang saya dapatkan yaitu rasa " was-was" akan menghadapi satu situasi baru yang akan berbeda dengan dunia kuliah. Oh iya waktu itu saya di terima magangnya di SETJEN DPR RI bagian Kas

Yang tiba - tiba terlintas

Ketika kita belum siap menjadi dewasa, tapi menjadi dewasa adalah sebuah tuntutan, dari situ kita banyak belajar. Belajar untuk mengerti makna kebersamaan dalam keterpisahan, meniti jalan hidup masing - masing. Semoga semua penitian jalan masing - masing itu, kelak akan bermuara di satu tempat yang sama bernama "Surga".                                                                                                                            Balaraja, 22 Juni 2018                                                                                                                                                                                                                                      Zombie after 4 years ago -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Untuk setiap keputusan apapun yang telah kau pilih, maka jalani lah. Hidup bukan hanya tentang memilih berbagai pilihan, namun j